Rabu, 09 September 2009

LA PAKERRANGI PETTA PABBICARA SIDENRENG. PERWIRA KSATRIA SIDENRENG RAPPANG.


Oleh: Andi Syaifullah
Dari: H.A. Iskandar Pajujungi

Sidenreng Rappang pernah mencatatkan sejarah sebagai Kerajaan berdaulat yg pernah melawan hegemoni penjajahan Belanda pada masa pemerintahan LA SADAPOTTO Addatuang Sidenreng XII & Arung Rappang XX, Pada tahun 1905. Dimasa itu ratusan prajurit pemberani gugur akibat terkena peluru senapan & meriam. Belum terhitung rakyat di kerajaan tsb yg menjadi korban akibat dari dampak peperangan. Perang yg telah mengubah Sidenreng Rappang menjadi medan pertempuran harga diri, harkat martabat (siri') dari para Patriot2 sejati kerajaan tsb.

Salah seorang Aktor penting dlm perang itu adalah LA PAKERRANGI yg akan kami tuliskan riwayat singkatnya, sbb:

LA PAKERRANGI atau sering dipanggil PETTA KERRANG dilahirkan pada thn 1870, dari ayah bernama Mayoor LA RUMPANG, Panglima Perang Kerajaan Sidenreng era LA PANGURISENG. dengan ibu bernama I TEMMALALA, yg tinggal di Amparita, Sidrap.

Pada thn 1887, ketika masih berumur 17 tahun, menikah dgn perempuan bernama I TANGKUNG PUANG BANNA yg biasa disebut PUATTA DAENNA, anak daripada LA WETTOWENG & SYARIFAH SOCHRAH PUATTA INDO'NA, sering dipanggil PUATTA ADJIE yg tinggal dirumah Adat Saoraja Bolamamminasae, Arateng, Sidrap.

La Pakerrangi telah menampakkan jiwa kepemimpinan ketika masih kecil. Ia sangat menonjol dikalangan teman2 sebayanya sesama anak arung, dan pandai pula mengambil hati masyarakat, sehingga orang2 dikalangan rakyat biasa sangat menyukainya. Hingga disaat dewasa, beliau terkenal berjiwa patriot, jujur, takwa & pemberani.
Maka ketika LA SADAPOTTO dinobatkan sbg Addatuang Sidenreng Xll, thn 1904, iapun mengangkat kerabat dekatnya tsb menjadi pembantunya yg lazim dimasa itu disebut PABBICARA SIDENRENG. La Pakerrangi menggantikan Pabbicara LA TINETTA yg wafat di Amparita pada kira2 thn 1889. Jadi jabatan Pabbicara yg berkedudukan di Amparita diperkirakan lowong (15thn) dimasa SUMANGE'RUKKA menjadi Addatuang Sidenreng.

Selama memangku jabatan Pabbicara, La Pakerrangi dikenal sangat dekat pada masyarakat, taat beribadah & suka bermusyawarah dgn Pangulu Anang (Camat/Kepala Desa) & Pangulu Maranang (Pemuka Masyarakat). Sehingga dlm melaksanakan tugasnya sbg Pabbicara dapat berjalan lancar. Dia pula sangat disegani & dihormati oleh kawan maupun lawan, karena dlm melaksanakan tugas2 pemerintahan beliau terkenal sangat tegas, adil & bijaksana.

Adapun tugas2 yg pernah diberikan oleh Addatuang Sidenreng antara lain membangun hubungan transportasi dari Sidenreng ke Pare-Pare, yaitu:
1. Membuat jalan raya dari Allakuang ke Pare-pare melalui poros Allakuang, Talumae, Cela, Lempong Manila, dan tembus ke Pare-Pare.
2. Membuat poros jalan Lawawoi, Bangkai, Patommo, Pabbaresseng, sampai ke Pare-Pare.

Pada waktu terjadi perselisihan antara Kerajaan Sidenreng dengan Kerajaan Soppeng, La Pakerrangi dipercayakan memimpin pasukan (Panglima) ke Soppeng u/melawan orang Soppeng & membawa kemenangan pada waktu itu.

Pada tahun 1905, ketika Belanda telah memasuki kota Pare-Pare, La Pakerrangi diperintahkan oleh La Sadapotto u/membentengi daerah perbatasan Sidenreng Rappang & Pare-Pare, agar pasukan Belanda tdk masuk ke wilayah tersebut.
Ada 3 jalur yg harus dibendung & dipertahankan oleh 3 Pabbicara sebagai pimpinan pasukan, yaitu:
1. PABBICARA LA MAMMO. Ditempatkan disebelah timur Pare-pare (jalur tengah).
2. PABBICARA AMBO'NA LA BADJU. Ditempatkan di daerah La Djawa (jalur sebelah selatan),
3. PABBICARA LA PAKERRANGI. Ditempatkan di Aggalacengnge. sebelah timur Suppa (jalur utara).

Salah seorang diantara 3 Pabbicara ini gugur ketika menjalankan tugasnya. Adalah Pabbicara Ambo'na La Badju yg gugur sebagai Pahlawan ketika hendak menghalau tentara Belanda u/masuk ke wilayah Sidenreng Rappang. Pertahanannya dijalur sebelah selatan bobol akibat pengkhianatan salah seorang Kaptennya.

(Lontara; Sidenreng ricau belandae, nasaba' bali'na kapitan...)

Ketika hal ini sampai ketelinga Addatuang La Sadapotto, iapun mengirimkan pesan kepada Pabbicara La Pakerrangi untuk pulang. Dan seterusnya diserahi tugas sebagai Pimpinan Pasukan Pengawal untuk menjaga keselamatan Addatuang Sidenreng dgn segenap keluarganya.

Tugas ini berakhir ketika Addatuang Sidenreng/Arung Rappang La Sadapotto menandatangani Pernyataan Singkat dengan pihak Belanda (KORTEVERKLARING) pada thn 1906, yang menandai berakhirnya perang selama ratusan hari.

Dalam suatu kesempatan, Pabbicara La Mammo Panglima Utama Pasukan Kerajaan Sidenreng pernah berkata, "Kalau saya meninggal dunia, hanya La Pakerrangi saja yg dapat menggantikan saya sebagai Panglima". Tetapi sejarah kemudian berkata lain. La Pakerrangi terlebih dahulu meninggal daripada La Mammo. Sehingga era Panglima Perang di Kerajaan Sidenreng berakhir setelah mangkatnya Petta Pabbicara La Mammo.

La Pakerrangi wafat di Amparita pada thn 1917. Menurut penuturan berbagai sumber, beliau telah mengalami sakit sejak lama akibat terluka dalam ketika bertempur dgn Belanda.

TAMAT

7 komentar:

  1. Cerita beliau, dijadikan sbg cerita rakyat di maparita...tp tulisan diatas msh banyak yg kurang.misal; sumpah andi kerrang, lambatonrong dll.

    BalasHapus
  2. Dengan mengucapkan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada saudara Camma, atas kesibukan kami sehingga baru hari inilah kami dapat menjawab pertanyaan yang amat baik ini. Sejarah Amparita, sama dengan sejarah di belahan dunia lainnya, dipenuhi dengan cerita rakyat yang sudah bercampur dengan mitos, sehingga tidak bisa disebut sebagai suatu teks sejarah.seperti halnya dengan Lambatonrong, Konon adalah pusaka tertinggi di Sidenreng bersanding dengan Lamba Sidenreng kepunyaan yang mulia La So'ni. hingga sampai detik ini masih menjadi misteri kalangan keturunan Petta Kerrang sendiri. Entah Mallajang atau disimpan oleh salah seorang keturunannya. Kami masih meraba raba akan hal itu. Mengenai Sumpah Petta Kerrang, Apakah sumpah (maaf...) akan memakan isi perutnya sendiri (tinja) jika ia mau bekerjasama dengan La Mata Pute??? Alhamdulillah atas izin Allah ia wafat di Saoraja dengan tenang tanpa pernah melaksanakan sumpahnya itu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Lambatonrong msh ada dan dirawat dgn baik oleh keturunan beliau

      Hapus
  3. Tabe'.... Kemungkinan Lamba Sidenreng diambil kembali oleh Arung Pallakka melalui Janggo Pance yang disuruh membunuh La Soni akibat fitnah berselingkuh dengan istri Arung Palakka.. Menurut tradisi, senjata pusaka biasanya diambil oleh pihak yang memenangkan pertarungan sebagai bukti telah menjalankan perintah Raja... Salam dari LAEBA

    BalasHapus
  4. Tulisannya apik dan manarik. Tulisan yg lain juga suda saya baca. semuanya menginspirasi. Satu hal yang ingin saya tanya, "Terkait kematian petta kerrang, apakah ada cerita/data tentang itu? Paling tida, apakah makam petta kerrang diketahui saat ini??

    BalasHapus
  5. Tabe'.. apakah Mayoor LA RUMPANG dikenal jg sebagai Petta Manyoro'E..? dan apakah beliau jg mempunyai hubungan dengan penguasa2 toraja ( Pong Tiku )..? tks.

    BalasHapus
    Balasan
    1. manyoro ri sidrap prnh menikah dgn Lai Datu Bua

      Hapus

Mengenai Saya

Foto saya
Adalah putra Sidenreng Rappang yang pernah tinggal dan belajar selama 14 tahun di Kota Bandung, Jawa Barat. Ia kembali ke kampung halamannya di Amparita, karena merasa terpanggil untuk suatu tujuan mulia, yakni ingin kembali menelusuri riwayat atau silsilah keluarganya yang termasuk dalam keluarga yang berperan penting dalam sejarah Kabupaten Sidenreng Rappang. Andi Syaifullah adalah bapak dari dua orang anak, Andi Nurul Zakya Azzahra dan Andi Devi Juniza Latifah, dari istrinya yang berasal dari Tasikmalaya, Jabar, bernama Raden Ai Versiatny Kholida, putri dari Raden Haji Yoyo Erning Masya. Haji Yoyo adalah cucu dari mantan Menteri Muda Pertahanan pada Kabinet Sutan Syahrir, Raden Aruji Kartawinata.

Pengikut