Rabu, 09 September 2009

"Yang paling berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan adalah golongan Bangsawan!"

Oleh: Andi Syaifullah

Mungkin judul ini bagi sebagian pembaca adalah agak sedikit pro & kontra, karena didalam perjuangan pra kemerdekaan & pasca kemerdekaan, dilalui dengan tetesan darah, keringat dan airmata dari sinerji kalangan aristokrat (bangsawan) dengan golongan pemuda politik yg banyak berasal kalangan rakyat biasa. Tapi bacalah ini yang merupakan kutipan dari tulisan Prof. Dr. Hamid Abdullah (Guru Besar Universitas Diponegoro), mengenai argumentasi menarik dari Ide Anak Agung Gde Agung tentang siapa yang paling berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Sulsel? Apakah golongan Raja Raja (kelompok Aristokrat) atau golongan pemuda politik? Pertanyaan ini muncul dari Dr. Sam Ratulangi menjelang keberangkatannya ke Jakarta untuk memenuhi undangan pemerintah pusat dibawah pimpinan Soekarno-Hatta. Menurut Anak Agung, Sam Ratulangi mendatangi Lanto Dg. Pasewang untuk berkonsultasi tentang perihal ini, dan dijawab oleh Lanto Daeng Pasewang dengan tegas, "Yang paling berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Sulawesi Selatan adalah golongan Bangsawan!"

Dari fakta sejarah yang diperlihatkan oleh Anak Agung tentang kelompok mana yang paling berpengaruh dalam kehidupan masyarakat Sulsel, terlihat dengan jelas besarnya peranan yang dibawakan oleh kelompok aristokrat dalam mencari dukungan masyarakat, dalam menyebarluaskan pengertian kemerdekaan bagi masyarakat, dan dalam usaha menggalang persatuan nasional untuk mempertahankan kemerdekaan.

Sama persis ketika H.O.S. Tjokroaminoto menitipkan pesan kepada salah seorang tokoh Aristokrat asal Sidenreng Rappang, Sulsel, yakni Andi Sulolipu Petta Pabbicara Amparita, ketika beliau melakukan kunjungan di Sulawesi Selatan pada awal tahun 30-an. Dalam kesempatan tersebut, Tjokroaminoto menekankan pentingnya dukungan kalangan aristokrat terhadap perjuangan P.S.I. untuk meraih dukungan masyarakat didalam menuntut Kemerdekaan Indonesia.

Prof. Hamid Abdullah lebih lanjut menjelaskan didalam tulisannya bahwa hasil konsultasi antara Lanto Dg. Pasewang dengan Dr. Ratulangi merupakan masukan yg sangat berharga bagi Ratulangi dalam menentukan kebijakan politik di kawasan ini. Sebab, seandainya dia tidak menanyakan hal tersebut kepada Lanto Dg. Pasewang sebelum diangkat menjadi Gubernur Sulawesi, tentu perjalanan sejarah kawasan ini (Sulsel) kemungkinan akan lain bentuknya. Mungkin akan terjadi konflik antara kelompok sosial di masyarakat, dan tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan berbagai fenomena sosial dalam kehidupan masyarakat sehingga kesatuan nasional mengalami kendala.

Sekian...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Mengenai Saya

Foto saya
Adalah putra Sidenreng Rappang yang pernah tinggal dan belajar selama 14 tahun di Kota Bandung, Jawa Barat. Ia kembali ke kampung halamannya di Amparita, karena merasa terpanggil untuk suatu tujuan mulia, yakni ingin kembali menelusuri riwayat atau silsilah keluarganya yang termasuk dalam keluarga yang berperan penting dalam sejarah Kabupaten Sidenreng Rappang. Andi Syaifullah adalah bapak dari dua orang anak, Andi Nurul Zakya Azzahra dan Andi Devi Juniza Latifah, dari istrinya yang berasal dari Tasikmalaya, Jabar, bernama Raden Ai Versiatny Kholida, putri dari Raden Haji Yoyo Erning Masya. Haji Yoyo adalah cucu dari mantan Menteri Muda Pertahanan pada Kabinet Sutan Syahrir, Raden Aruji Kartawinata.

Pengikut